Sangiran merupakan nama suatu
wilayah yang berada di Kabupaten Sragen, Propinsi Jawa Tengah. Di Sangiran
terdapat sebuah kubah besar yang merupakan tempat penemuan fosil-fosil dari
zaman prasejarah. Kubah Sangiran sendiri memiliki luas 10 x 6 km2.
Beberapa langkah dilakukan oleh para
ahli untuk mengumpulkan data di Sangiran, yaitu survei permukaan, ekskavasi,
dan penelitian geologis-stratigrafis.Terdapat beberapa formasi lapisan di
daerah Sangiran, yaitu formasi Kalibeng, Pucangan, Kabuh, dan Notopuro. Pada
formasi-formasi inilah ditemukan berbagai fosil-fosil dan alat-alat dari zaman
prasejarah.
A.
A. Formasi Kalibeng.
Formasi
ini merupakan formasi tertua di lembah Sangiran. Lapisan ini terdiri dari pasir
yang berwarna abu kehitaman dan batu pasir gampingan dengan kandungan fosil Foraminifera dan Mollusca(bertulang lunak) yang melimpah. Di lapisan ini pula
terdapat fosil kepiting, hal ini menunjukkan bahwa lapisan ini dulunya adalah wilayah
perairan payau. Menurut para ahli bahwa perairan ini mengalami regresi
(penyusutan air laut) yang terjadi pada zaman Pliosen, hal ini menyebabkan
terbentuknya daratan baru. Hipotesa tersebut diperkuat dengan penemuan fosil
Gajah purba atau Madtodon bumi juensis
.
B. Formasi
Pucangan.
Formasi
ini terdiri dari dua bagian yaitu : bagian breksi dan bagian batu lempung hitam.
Bagian breksi terdiri dari batu pasir konglomerat dan breksi, lapisan ini
berbatasan langsung dengan formasi Kalibeng. Pada bagian breksi ditemukan fosil
hewan jenis vertebrata (bertulang belakang) seperti Stegodont spdan Sus sp.
spesies ini disebut fauna Jetis oleh Von Koeningswald.
Sementara
pada lapisan lempung hitam diduga berasal dari daerah air tawar, dan jenis
spesies faunanya serupa dengan bagian breksi. Pada formasi Pucangan ini
strukturnya terdiri dari Vulkanik dan air tawar.
C.
Formasi
Kabuh.
Formasi
ini diduga berasal dari danau Plestosin yang telah mengering, pada lapisan ini
telah dilakukan ekskavasi di teras Dayu yang merupakan Grenzbank(lapisan pembatas). Disini ditemukan Sangiran flake
industry (alat buatan khusus Sangiran) dan fosil Pithecanthropus erectus.
D. Formasi Notopuro.
Formasi
ini merupakan formasi yang paling curam letaknya, dan hanya terdapat fosil
seperti di formasi kabuh. Adapun
fosil manusia purba yang ditemukan di Sangiran, yaitu :
1.
Meganthropus
palaeojavanicus
Ditemukan pada lapisan pleistosen
bawah, oleh Von Koeningswald
2.
Homo
soloensis
Ditemukan di lapisan pleistosen
atas oleh 3 arkeolog Belanda yaitu Ter Haar, Oppenoorth dan Von Koeningswald.
Berikut
rincian penemuan fosil-fosil di daerah Sangiran :
TAHUN
|
TEMUAN
|
1936
|
Fragmen rahang bawah
|
1937
|
Atap tengkorak
|
1938
|
Atap tengkorak
|
1939
|
Tengkorak
|
1939
|
Fragmen rahang bawah
|
1941
|
Gigi-gigi
|
1952
|
Rahang bawah
|
1960
|
Fragmen rahang bawah
|
1963
|
Tulang pipi, atap tengkorak
|
1965
|
Gigi-gigi
|
1965
|
Atap tengkorak
|
1965
|
Tulang-tulang tengkorak
|
1965
|
Fragmen tengkorak
|
1966
|
Fragmen tulang tengkorak
|
1966
|
Fragmen dasar tengkorak
|
1968
|
Fragmen rahang atas kiri
|
1969
|
Fragmen rahang atas kanan
|
1970
|
Fragmen tulang tengkorak
|
1970
|
Fragmen tulang kepala bagian
belakang
|
1971
|
Fragmen tulang tengkorak
|
SUMBER
Tim
Geologi. Ekskursi Paleontologi Sangiran. 1987. STT Nas: Yogyakarta.
Marwati Djoened Poesponegoro, dkk. 2008. Sejarah Nasional
Indonesia I, Balai pustaka: Jakarta.